Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Studi Kasus Merancang dan Mengelola Jasa

                                                                    




                                                                    BAB I

PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Dalam pemasaran, kita tahu bahwa produk yang dihasilkan suatu perusahaan bisa berupa barang (goods) dan jasa (service). Pandangan ini perlu dipahami dengan seksama. Kita mudah sekali terjebak ke pandangan produk fisik yang terbatas. Yang kita inginkan adalah memikirkan suatu produk dari segi kebutuhan yang akan dipuaskan oleh produk itu. Jika sasaran perusahaan ingin memuaskan kebutuhan pelanggannya, jasa bisa merupakan sebagian dari produk atau jasa itu sendiri merupakan produknya dan harus disajikan sebagai bagian dari pemasaran secara total.

Tetapi ketika perekonomian semakin maju dan perusahaan-perusahaan merasa makin sulit melakukan diferensiasi produk-produk fisiknya, maka mereka akan semakin meningkatkan proporsi kegiatan mereka yang difokuskan pada produksi jasa. Jasa merupakan setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Jasa mencakup hasil kerja perusahaan-perusahaan penerbangan, hotel, sewa mobil, tukang cukur dan ahli kecantikan, orang-orang yang melakukan pemeliharaan dan perbaikan, juga para professional yang bekerja dalam atau untuk perusahaan, seperti akuntan, pengacara, insinyur, dokter, pemrogram perangkat lunak, dan konsultan manajemen. Tetapi banyak juga tawaran pasar yang terdiri dari bauran variable barang dan jasa. Pada restoran makanan siap saji misalnya, pelanggan mengkonsumsi baik produk maupun jasa.

Dari sinilah maka banyak perusahaan jasa yang berlomba-lomba untuk menetapkan strategi pemasaran pada perusahaannya. Misalnya perusahaan mencoba mempertunjukkan mutu jasa mereka melalui bukti fisik dan penyajian. Perusahaan jasa dapat memilih dari berbagai proses yang berbeda-beda dalam memberikan pelayanan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi bidang jasa dipengaruhi oleh lebih beberapa elemen jasa tersebut. Menurut Gronroos pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasarn eksternal tetapi juga pemasaran internal dan interaktif atau informasi dua arah.

Perusahaan jasa dapat memenangkan persaingan dengan menyampaikan secara konsisten layanan yang bermutu lebih tinggi dibandingkan para pesaing dan yang lebih tinggi dari pada harapan pelanggan. Setelah menerima jasa, pelanggan akan membandingkan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dialami berada dibawah jasa yang diharapkan, pelanggan tidak berminat lagi terhadap penyedia itu. Tetapi jika jasa yang dialami memenuhi atau melebihi harapan, mereka akan menggunakan penyedia jasa itu lagi.

Perusahaan-perusahaan mencoba membentuk penawaran pasar yaitu dengan merancang dan mengelola jasa untuk lebih menarik para konsumennya sehingga pangsa pasar dapat meningkat melalui cara diferensiasi jasa yang diberikan. Oleh karena itu jasa itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa dan dikelola sebaik mungkin.

1.2      Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1    Apa yang dimaksud dengan Jasa?

2    Apa yang dimaksud dengan Bauran Jasa?

3    Apa yang dimaksud dengan Strategi Pemasaran Untuk Perusahaan Jasa?

4    Apa yang dimkasud dengan Karakteristik Jasa?

5    Apa yang dimaksud dengan Bauran Pemasaran Jasa?

6    Apa yang dimaksud dengan Strategi Pemasaran Untuk Perusahaan Jasa?

7    Apa yang dimaksud dengan Megelola Jasa Didukung Produk?

8    Mengetahui tentang Kasus Jasa Pada Maskapai Penerbangan?

2.3      Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.  Mengetahui tentang Jasa

2.  Mengetahui tentang Bauran Jasa

3.  Mengetahui tentang Strategi Pemasaran Untuk Perusahaan Jasa

4.  Mengetahui tentang Karakteristik Jasa

5.  Mengetahui tentang Bauran Pemasaran Jasa

6.  Mengetahui Strategi Pemasaran Untuk Perusahaan Jasa

7.  Mengetahui tentang Megelola Jasa Didukung Produk

8.  Mengetahui tentang Kasus Jasa Pada Maskapai Penerbangan

2.4      Manfaat Penulisan Makalah  

Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Merancang dan Mengelola Jasa yang digunakan dalam perusahaan jasa sehingga dapat membantu untuk menambah wawasan mengenai Merancang dan Mengelola Jasa yang berguna dalam implementasi perusahaan nasional maupun perusahaan swasta.

 

                                                      BAB II

LANDASAN TEORI 

2.1      Defenisi Jasa

Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak beruwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik.

Beberapa pendapat para ahli tentang jasa

1)  Philip Kotler (2000 : 428)

Jasa adalaha setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk.

2)  William J.Tanton (1981 : 529)

Jasa adalah sesuatu yang dapat difentifikasi secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan, Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda – benda berwujud atau tidak.

3)  Valarie A.Zeithhaml dan Mary Jo Bitner (2000 : 3)

Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, liburan, santai, sehat) kepada yang bersifat tidak berwujud.

2.2      Kategori Bauran Jasa

Menurut Kotler 2005 produk dan jasa yang ditawarkan di pasar dapat dibedakan menjadi lima kategori tawaran, diataranya adalah sebagai berikut:

1)  Barang berwujud murni

Penawaran yang hanya terdiri atas barang berwujud seperti sabun, pasta gigi atau pensil. Tidak satu pun jasa menyertai produk tersebut

2)  Barang berwujud yang disertai jasa

Tawaran tersebut terdiri atas barang berwujud yang disertai oleh satu atau beberapa jasa. Penjualan bergantung pada kualitas dan ketersediaan layanan pelanggan yang menyertainya, seperti tersedianya ruang pameran, pengiriman, perbaikan dan pemeliharaan, bantuan aplikasi, pemenuhan garansi dan sebagainya.

3)  Campuran

Tawaran tersebut terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang sama seperti orang pergi ke restoran untuk mendapatkan produk maupun layanan.

4)  Jasa Utama Yang Disertai Barang dan Jasa Yang Sangat Kecil 

Tawaran tersebut terdiri atas jasa utama bersama jasa tambahan atau barang pendukung. Sebagai contoh penumpang pesawat terbang, perjalanan tersebut meliputi beberapa barang berwujud, seperti makanan dan minuman, sobekan tiket dan majalah penerbangan. Pada intinya pelanggan harus naik pesawat terlebih dahulu untuk menikmati produk yang ditawarkan selama perjalanan.

5)  Jasa Murni 

Tawaran yang diberikan hanya terdiri atas jasa, misalnya pijat, psikoterapi dan penjagaan bayi.

Karena bauran barang dan jasa yang berbeda-beda ini, sulit melakukan generalisasi tentang jasa tanpa mencari perbedaan lebih lanjut. Namun, beberapa generalisasi dapat digunakan.

Jasa berbeda-beda berdasarkan apakan jasa tersebut berbasis peralatan (cucian mobil otomatis, mesin penjaja) atau berbasis orang(jasa pembersihan jendela, jasa akuntansi). Jasa berbasis orang berbeda-beda berdasarkan apakah jasa tersebut disediakan karyawan yang tidak terampil, terampil atau profesional.

Perusahaan jasa dapat memilih di antara proses-proses yang berbeda untuk menyerahkan jasa mereka. Restoran telah mengembangkan format berbeda tersebut seperti gaya kafetaria, makanan siap saji, makanan swalayan (buffet) dan layanan sinar lilin (candlelight service).

Ada jasa yang menharuskan kehadiran klien dan ada yang tidak mengharuskannya. Bedah otak melibatkan kehadiran klien, tatapi perbaikan mobil tidak. Jika klien tersebut harus hadir, penyedia jasanya harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. Pengusaha salon kecantikan akan berinvestasi dalam dekorasi, memainkan musik latar, dan terlibat dalam obrolan ringan dengan pelanggan.

Jasa berbeda-beda dalam hal apakah jasa tersebut memenuhi kebutuhan pribadi (jasa pribadi) atau kebutuhan bisnis ( jasa bisnis). Penyedia jasa biasanya mengembangkan program pemasaran yang berbeda utuk pasar pribadi dan bisnis.

Penyedia jasa berbeda-beda dalam tujuan (laba atau nirlaba) dan kepemilikan (swata atau pemeirntah) mereka. Kedua karakteristik ini jika digabungkan secara menyilang, akan menghasilkan empat jeb\nis organisasi yang cukup berbeda. Program pemasaran rumah sakit investor swasta akan berbeda dari program pemasaran rumah sakit yayasan swasta atau rumah sakit Veteran Administration ( Lembaga veteran AS).

Hakikat bauran jasa juga memiliki implikasi pada bagaimana konsumen mengevaluasi mutu.

1.    Konsumen jasa umumnya mengandalkan cerita dari mulut ke mulut daripada iklan.

2.    Mereka sangat mengandalkan harga, petugas, dan petunjuk fisik untuk menilai mutunya.

3.    Mereka sangat setia pada penyedia jasa yang memuaskan mereka.

4.    Karena adanya biaya peralihan, bisa terjadi keengganan dari banyak konsumen. Itu dapat merupakan tantangan untuk memikat pelanggan menjauhkan diri dari pesaing.

2.3      Karakteristik Jasa

Menurut ahli ekonomi dunia, Philip Kotler, jasa memiliki 4 sifat atau karakteristik pokok yang unik. 4 karakteristik jasa yang membedakan dengan produk barang fisik tersebut adalah:

1)   Tidak berwujud (intangibility)

Artinya adalah sesuatu yang tidak berwujud. Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Jika benda merupakan obyek, alat atau benda yang bisa dinilai dari bentuk dan fungsinya, maka jasa adalah suatu perbuatan (pelayanan), kinerja (performance) atau usaha.

Contoh: Anda datang ke tempat jasa catering untuk memesan paket menu masakan. Anda tidak akan dapat melihat, mencium aroma dan mencicipi kelezatannya sebelum membeli jasa tersebut. Anda hanya bisa melihat wujud dan merasakan enak atau tidak setelah pesanan tersebut diantar ke tempat pesta Anda.

Konsumen akan mengambil kesimpulan mengenai mutu jasa tersebut apakah bagus atau buruk berdasar hal-hal berikut ini:

a.  Tempat (place)

Kaitannya dengan contoh jasa catering adalah: Tempat yang bersih, luas, dapur tertata rapi

b.  Orang (people)

Karyawan yang melayani bersikap ramah, berpenampilan rapi

c.  Peralatan (equipment)

Peralatan memasak lengkap, higienis, terbuat dari bahan tak berkarat dan terkesan “canggih”

d.  Simbol (symbol)

Nama dan simbol seharusnya menggambarkan layanan yang sesuai dengan produk jasa yang ditawarkan (layanan cepat, rasa gurih dan lezat). Orang tentu berpikir positif  jika melihat logo catering bergambar sendok, garpu, mangkuk, paha ayam, sate dan gambar lain yang berhubungan dengan makanan. Akan aneh jika jasa catering menggunakan logo gambar sepatu, kepala singa atau tengkorak

e.  Harga (Price)

Daftar harga yang tercantum sepadan dengan jasa yang ditawarkan. Lebih bagus jika terlihat lebih murah dari harga pesaing 

f.   Bahan komunikasi (communication materials)

Media yang digunakan baik berupa teks maupun foto (berupa brosur, banner dll) untuk mempresentasikan pelayanan menggambarkan efisiensi, ketepatan dan kecepatan. 

Seorang marketing jasa yang baik harus mampu mengubah karakteristik yang tak berwujud tersebut menjadi manfaat konkret.

 

2)   Tidak dapat dipisahkan (inseparability)

Jasa umumnya dijual dulu baru kemudian diproduksi secara khusus dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Mutu / kualitas dari suatu jasa terjadi pada saat pemberian jasa.

Interaksi yang terjadi antara penyedia jasa dan konsumen menjadi ciri khusus dan sangat berpengaruh terhadap mutu dari jasa yang diberikan. Artinya, konsumen juga terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses produksi. Keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut.

Contoh: Anda sebagai konsumen ingin memasang pagar / kanopi di rumah. Karena tak ada toko yang menjual pagar dan kanopi jadi, anda harus memesannya ke tukang / bengkel jasa las. Untuk mendapatkan hasil seperti yang diinginkan, sedikit banyak Anda tentu terlibat dalam produksi. Setidaknya dalam hal menentukan desain, warna cat, bahan yang digunakan membuat pagar / kanopi tersebut apakah terbuat dari besi atau staenlis dan pengukuran lokasi. Lebih bagus jika sesekali Anda mengecek ke bengkel las tersebut saat pagar / kanopi Anda dalam proses produksi agar tak terjadi kesalahan persepsi.

Jika Anda adalah pengusaha di bidang jasa, ada 3 strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga mutu pelayanan yaitu:

1.  Bekerja dengan kelompok yang lebih besar

Jadi pelayanan yang biasanya diberikan orang per orang sekarang langsung beberapa orang. Dalam bengkel las misalnya. Anda bisa menambah jumlah tukang las untuk menyelesaikan pesanan pagar dan kanopi dalam waktu bersamaan.

2.    Bekerja lebih cepat.

3.    Melatih lebih banyak karyawan dan membina keyakinan pada diri konsumen. 

3)   Keragaman (variability)

Jasa bersifat sangat beragam karena merupakan nonstandardized out-put. Artinya ada banyak variasi jenis dan kualitas tergantung pada siapa (who), kapan (when), dan di mana (where) jasa tersebut dihasilkan.

Ada 3 faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa. Yaitu:

1.   Kerja sama atau partisipasi pelanggan selama proses penyampaian

2.   Motivasi penyedia jasa atau karyawan dalam melayani customer

3.   Beban kerja perusahaan jasa

Para konsumen dewasa ini semakin kritis dan sangat peduli dengan keragaman yang tinggi ini. Mereka cenderung meminta rujukan dari orang lain sebelum memutuskan jasa mana yang akan dipilih. Ini menjadi tantangan bagi wirausahawan di bidang jasa untuk menjaga standard mutu pelayanan jika tak ingin disalip oleh pesaing.

Masih menurut Philip Kotler, cara efektif untuk menjaga mutu pelayanan dapat dilakukan melalui 3 langkah ini:

1.  Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personalia (karyawan) yang baik. Contoh: memberi beasiswa pada karyawan berprestasi untuk kuliah sesuai bidang pekerjaannya. Memakai jasa konsultan terpercaya dalam proses rekrutmen pegawai. Mendatangkan motivator dalam pelatihan karyawan dll

2.  Menyusun standarisasi terhadap proses pelaksanaan jasa (service performance process) di seluruh organisasi tersebut. Ini untuk menyamakan persepsi seluruh jajaran direksi dan staff  perusahaan sehingga melaksanakan tugasnya sesuai standard kualitas yang telah ditetapkan. Caranya dengan membuat blueprint yang menggambarkan peristiwa dalam diagram alur. Tujuannya untuk mengetahui faktor potensial apa saja yang memicu keberhasilan atau penyebab kegagalan.

3.  Memonitor tingkat kepuasan pelanggan. Caranya melalui sistem kotak saran, pesan dan kesan, survei konsumen, membuat hotline pengaduan, Menampilkan testimoni (komentar) pelanggan di website perusahaan dll.

4)   Tidak tahan lama (perishability)

Jasa memiliki karakteristik tak tahan lama dan tidak dapat disimpan karena sifatnya yang tidak berwujud fisik. (Untuk jenis jasa tertentu karakteristik ini tidak berlaku. Terutama untuk jasa pembuatan barang fisik seperti, jasa las pagar / kanopi, jasa jahit baju, fotografi dll). Kondisi ini tidak berdampak negatif  apabila permintaan tetap stabil karena mudah untuk melakukan persiapan pelayanan sebelumnya. Tetapi jika permintaan fluktuatif  tergantung pada kondisi tertentu atau bersifat musiman, maka akan menimbulkan masalah.

Contoh: Permintaan jasa katering di Jogja akan mengalami lonjakan pada “bulan baik” untuk melangsungkan pernikahan. Jasa transportasi mengalami kenaikan permintaan menjelang hari raya atau hari libur.

Beberapa strategi untuk menghasilkan keselarasan antara permintaan dan penawaran dalam bisnis jasa dapat menggunakan 2 metode berikut ini:

1.  Metode pendekatan dari sisi permintaan.

Dilakukan dengan cara:

a.  Penetapan harga berbeda

Menetapkan harga lebih mahal pada “musim sibuk” akan mengalihkan permintaan pelanggan ke musim normal. Contoh: tarif bus akan menaikkan harga tiket pada H+7 / H-7 saat lebaran.

b.  Mengembangkan permintaan pada masa sepi (tidak sibuk) Memotong tarif normal  dengan memberi diskon akan mendorong konsumen membeli pada “musim sepi”

c.  Menyediakan jasa pelengkap

Contoh, bank menyediakan mesin ATM untuk mengurangi antrian panjang di meja teller.

d.  Sistem pemesanan

Ini paling sering diterapkan pada bisnis perhotelan, penerbangan, kereta api, travel, dokter

2.  Metode pendekatan dari sisi penawaran

a)  Merekrut karyawan paruh waktu

Pada saat permintaan sedang tinggi, merekrut karyawan tak tetap bisa membantu menyelesaikan masalah

b)  Mendorong rutinitas efesiensi jam sibuk

Karyawan hanya melaksanakan tugas penting selama jam sibuk. Tugas yang kurang penting bisa diserahkan pada orang lain. Contoh: pada jasa kesehatan: paramedis membantu tugas dokter selama jam sibuk

c)  Meningkatkan partisipasi konsumen

Contoh: Mempersilahkan nasabah mengisi blanko sendiri selama jam sibuk pada jasa perbankan

d)  Berbagi jasa dengan pelaku bisnis sejenis. Contoh: Peusahaan jasa ekspedisi pengiriman barang A menitipkan barang kiriman konsumen pada perusahaan ekspedisi B pada jalur wilayah yang tidak tercakup pada layanan ekspedisi A namun dalam area layanan ekspedisi B. Begitu juga sebaliknya.

3.  Menyiapkan fasilitas untuk perluasan pada masa mendatang

Contoh: Tempat rekreasi membeli lahan di sekitarnya untuk sarana parkir atau memperluas area taman wisata

2.4      Bauran Pemasaran Jasa

Mc. Carthy dalam Tjiptono (2006:30) menjelaskan bahwa bauran pemasaran jasa terdiri dari empat variabel, yaitu product, price, promotion, dan place. Namun sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penerapan 4P terlalu terbatas untuk bisnis jasa, sehingga hal tersebut mendorong beberapa pakar pemasaran untuk mendefinisikan ulang bauran pemasaran yang lebih sesuai untuk sektor jasa. Hasilnya, 4P tersebut diperluas dan ditambahkan dengan unsur lainnya, yaitu people, process, dan phisycal evidence, sehingga unsur-unsur tersebut memiliki kaitan satu sama lain.

a.  Product (Produk)

Kotler dalam Hurriyati (2005:50) mengemukakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Hurriyati (2005:50) menambahkan, produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan,tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Pelanggan tidak  membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang ditawarkan.

b.   Price (Harga)

Harga menurut Swastha (2002:215) adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga merupakan bagian yang vital dalam bauran pemasaran jasa, sebab harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2012:349 harga merupaan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Dengan kata lain, harga yang ditetapkan merupakan kesesuaian nilai tukar dengan produk atau jasa yang ditawarkan dan dapat dijangkau oleh konsumen agar dapat merasakan manfaat dari penggunaan produk atau jasa tersebut. Kotler (2002:519) memaparkan bahwa harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti ciri khas produk dan perjanjian distribusi. Keputusan penetapan harga sangat signifikan dalam menentukan nilai bagi pelanggan dan memainkan peran penting dalam pembentukan citra bagi jasa tersebut.

c.  Place (Tempat)

Lupiyoadi (2006:61) memaparkan bahwa unsur place dalam jasa merupakan gabungan antara lokasi dan kepuasan saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis, sedangkan menurut Tjiptono (2006:31) place merupakan keputusan distribusi yang menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa  place merupakan faktor penting untuk dikembangkan dalam  perusahaan jasa karena place menyangkut kemudahan akses pelanggan untuk mendapatkan jasa tersebut.

d.  Promotion (Promosi)

Alma dalam Hurriyati (2005:57) menyatakan bahwa pengertian promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh produsen atau perusahaan. 

e.  People (Orang)

People menurut Hurriyati dalam Naninda  (2015:5) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari people adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua tindakan karyawan bahkan cara berpakaian dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service encounter).  Lupiyoadi (2006:63) memapaparkan bahwa dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Pencapaian kualitas yang terbaik menyebabkan para pegawai harus dilatih agar menyadari betapa pentingnya pekerjaan tersebut dengan memberikan kepuasan kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.

f.   Process (Proses)

Proses menurut Arief (2007:99) merupakan gabungan semua aktivitas yang terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Pentingnya elemen proses dalam suatu perusahaan jasa disebabkan oleh persediaan jasa yang tidak dapat disimpan.

g.  Physical Evidence (Bukti Fisik)

Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005:63) menjelaskan bahwa bukti fisik merupakan suatu hal yang mempengaruhi kepuasan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan, sehingga bukti fisik dapat diartikan suatu yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2012:62), bukti fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain lingkungan atau bangunan fisik peralatan, perlengkapan, logo, warna, dan bahanbahan lainnya.

2.5      Strategi Pemasaran Untuk Perusahaan Jasa

2.5.1 Penambahan 3P dalam pemasaran 4P

Pendekatan pemasaran 4P (Price, Place, Product, Promotion) sering berhasil untuk barang, tatapi dalam bisnis jasa diperlukan beberapa elemen yang perlu diperhatikan. Booms dan Bitner menyarankan 3P tambahan dalam melakukan pemasaran jasa yaitu People (orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), dan Process (Proses), karena sebagian besar jasa dapat diberikan oleh orang yang dapat membuat perbedaan yang besar dalam kepuasan pelanggan, perusahaan – perusahaan jasa juga mencoba mempertunjukan mutu jasa mereka melalui bukti fisik dan penyajian jasa tersebut, dan pada akhirnya perusahaan jasa dapat memilih berbagai proses yang berbeda – beda dalam memberikan pelayanan pada pelanggan, seperti memberi tambahanpelayanan candlelight pada restoran.

2.5.2 Pemasaran internal dan interaktif

Pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasran eksternal atau pemasaran dengan konsep 4P dan tambahan 3P, tetapi pemasaran jasa juga membutuhkan pemasaran internal dan interaktif. Pemasaran internal menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik dan pemasaran interaktif menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien, karena klien tersebut tidak hanya menilai jasa berdasarkan mutu teknisnya, tetapi juga berdasarkan mutu fungsionalnya.

2.5.3 Mengelola Mutu Kualitas Jasa

Lima penentu mutu jasa, disajikan menurut tingkat kepentingannya :

a.    Keandalan

Kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan  akurat.

b.  Daya Tangkap

Kesediaan dalam membantu pelanggan dan memberikan jasa secara cepat.

c.  Jaminan

Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan akan membuat kepercayaan dan keyakinan dari pelanggan untuk membeli jasa.

d.  Empati

Kesediaan memberikan perhatian yang khusus kepada masing pelanggan seperti selalu menanyakan kabar pelanggan, dan menanyakan apa keluhan dari pelanggan setelah menggunakan jasa dari perusahaan jasa tersebut.

e.  Benda Berwujud

Penampilan fasilitas fisik, perlengkapan yang disediakan perusahaan, karyawan dan bahan komunikasi menjadi bahan utama untuk menarik pelanggan membeli jasa.\Dari lima penentu mutu jasa diatas pasti akan menciptakan harapan – harapan dari, pelanggan tentang pelayanan – pelayanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut, dan iklan sehingga membuat pelanggan membandingkan jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan pelanggan. Jika jasa yang dipersepsikan berada dibawah jasa yang diharapkan pelanggan, pasti akan membuat pelanggan kecewa, tetapi jika persepsi jasa berada diatas jasa yang diharapkan pelanggan pasti pelanggan akan menggunakan jasa tersebut lagi. Untuk menghindari pelanggan kecewa kita harus memperhatikan kesenjangan yang mengakibatkan pelanggan kecewa dan menyebabkan kegagalan dalam penyerahan jasa, dimana kesenjangan tersebut dibagi menjadi 5 kesenjangan yaitu :

1)  Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.

2)  Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa.

3)  Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dengan penyerahan jasa

4)  Kesenjangan penyerahan jasa dengan komunikasi eksternal

5)  Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan

2.5.4 Mengelola Merk Jasa

Dalam mengelola merk jasa suatu perusahaan jasa itu terdiri dari 2 cara yaitu Mendiferesiasi jasa dan Menyusun Startegi Merk Jasa agar perusahaan mendapatkan reputasi yang terbaik dibidang jasa.

1)  Mendiferensiasi Jasa

Perusahaan jasa sering mengeluh tentang sulitnya mendiferensiasikan jasa mereka terhadap jasa para pesaing. Alternative bagi persaingan tersebut adalah mengembangkan tawaran, penyerahan, dan citranya.

a.  Tawaran

Tawaran dapat mencakup keistimewaan – keismewaan yang inovatif. Sebagian besar inovasi jasa mudah ditiru tetapi hanya sedikit yang dapat mempertahankan untuk waktu yang lama, walaupun begitu perusahaan jasa meriset dan memperkenalkan inovasi jasa secara teratur akan memperoleh serangkaian keunggulan temporer yang melebihi pesaingnya. Dengan memiliki reputasi dibidang inovasi, perusahaan tersebut dapat mempertahankan pelanggan yang menginginkan yang terbaik.

b.  Penyerahan

Perusahaan jasa dapat mempekerjakan dan melatih orang yang lebih baik untuk menyerahkan jasanya. Perusahaan jasa juga dapat mengembangkan lingkungan fisik yang lebih menarik di tempat penyerahan jasa.

c.  Citra

Perusahaan jasa harus dapat mendiferensiasikan citra mereka, terutama melalui symbol dan merk, agar membuat menarik pelanggan dengan logo yang sangat menarik. 

2)  Menyusun Strategi Merk Jasa

Penyusunan strategi merk jasa memerlukan perhatian khusus atas pemilihan unsur merek, Penetapan dimensi citra (image), dan perancangan strategi pemerkan.

a.  Pemilihan Unsur Merk

Ingatan pelanggan atas merk menjadi penentu keberhasilan penjualan, pada kasusu ini nama merk yang mudah dingat menjadi sangant pending, selain nama unsure merek lainnya seperti slogan, logo juga mampu membangun kesadaran pelanggan akan merk tersebut.

b.  Penetapan Dimensi Citra (Image)

Asosiasi atas organisasi cenderung menjadi asosiasi merk yang sangat penting. Salah satu asosiasi yang sangat penting ialah kredibilitas dan persepsi kepakaran, kemampuan dipercaya, dan kepantasan untuk disukai.

c.  Perancangan Strategi Pemerekan

Jasa juga harus memikirkan penyusunan hierarki merek dan portofolio merek yang memungkinkan pembidikan sejumlah segmen pasar yang berbeda – beda.

3)  Mengelola Produktivitas Jasa

Ada tujuh pendekatan untuk meningkatkan produktivitas jasa yaitu sebagi barikut :

a.  Meminta penyedia jasa untuk bekerja lebih cekatan

b.  Meningkatkan kuantitas jasa dengan tidak melepas mutu tertentu.

c.   Mengindustrialisasikan jasa dengan menambah peralatan dan menstandarisasi  produksi

d.  Mengurangi atau menghilangkan kebutuhan akan jasa dengan menemukan suatu  solusi produk.

e.  Merancang jasa yang lebih efektif

f.    Memberikan intensif kepada pelanggan untuk menggantikan usaha perusahaan dengan usaha mereka sendiri

g.  Memanfaatkan kemampuan teknologi untuk memberi akses kepada pelanggan  guna mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan menjadikan para pekerja jasa.

2.6      Megelola Jasa Didukung Produk

Perusahaan yang memberikan pelayanan yang bermutu tinggi tidak diragukan lagi akan mengungguli pesaing yang kurang berorientasi pada pelayanan. Perusahaan yang bermutu jasa tinggi mampu mengenakan harga lebih tinggi, tumbuh lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak keuntungan karena kekuatan mutu jasa mereka yang lebih unggul. Untuk memberikan dukungan yang terbaik, perusahaan manufkatur harus mengidentifikasi jasa yang dinilai paling tinggi oleh pelanggan dan kepentingan realtifnya. Perusahaan dapat menawarkan dan menetapkan harga pelayanan pendukung dengan cara yang berbeda.

2.6.1 Startegi Jasa Purna Jual

Dalam menyediakan layanan, sebagian besar perusahaan bergerak maju melalui serangkaian tahap. Perusahaan pada umumnya mulai dengan menjalankan departemen produk dan jasa karena mereka ingin tetap dekat dengan peralatan itu dan mengetahui masalah apa yang dikeluhkan oleh pelanggan. Perusahaan juga mengalihkan lebih banyak jasa pemeliharaan dan perbaikan kepada distributor atau penjual resmi karena para distributor tersebut lebih dekat dengan pelanggan dan beroperasi di lebih banyak lokasi dan setidaknya mereka juga dapat menawarkan jasa dengan lebih cepat. Oleh karena strategi jasa purna jual tersebut, perusahaan tetap menghasilkan laba dari penjualan produk dan juga memberikan keuntungan jasa pelayanan kepada perantaranya / distributornya.

 

                                                                    BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1      Studi Kasus Jasa Penerbangan

3.1.1 Kasus I

Judul                  : Penghasilan Tambahan dan Keadilan Harga: Studi Eksplorasi Sebelum & Pasca Penerbangan

Nama Peneliti   : Blaise P. Waguespack

Tahun             : 2013

Tujuan                : Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji persepsi keadilan harga sehubungan dengan penawaran layanan tambahan dan biaya yang menyertainya di pasar domestik AS. Lebih khusus, penelitian ini berfokus pada perbedaan persepsi konsumen tentang biaya tambahan antara dua kelompok penumpang: mereka yang baru saja menyelesaikan penerbangan komersial dan mereka yang akan bepergian di masa depan.

Masalah             : Studi ini berfokus pada masalah keadilan harga sebelum dan sesudah penerbangan dan bagaimana penawaran harga tambahan dikomunikasikan kepada konsumen ketika membeli layanan maskapai.

Kesimpulan       : Sementara penelitian ini tidak menemukan signifikansi statistik antara penumpang masa lalu dan masa depan pada keadilan harga, beberapa dukungan untuk perbedaan ketersediaan informasi antara brosur masa lalu dan masa depan mengenai pengetahuan tentang penawaran tambahan maskapai ditemukan dan diyakini telah meningkatkan persepsi harga potensi keadilan dari penumpang masa depan dan memengaruhi temuan penelitian ini.

 

 

3.1.2 Kasus II

Judul                  : Pengaruh Harga Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Tiket Maskapai Citilink Oleh Wisatawan  Nusantara Di Bandara Ngurah Rai, Bali

Nama                  : I Gede Cahaya Adi Putra dkk

Tahun                  : 2016

Tujuan                : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga dan citra merek secara parsial dan simultan dengan keputusan tur domestik untuk membeli tiket dan lokasi penelitian ini di Bandara Ngurah Rai, Bali..

Masalah             :  Adapun penelitian yang dimaksud adalah untuk mengetahui pengaruh harga dan citra  merek baik secara parsial maupun simultan  terhadap keputusan pembelian tiket maskapai Citilink.  

Kesimpulan       : Berdasarkan hasil analisis regresi berganda menyatakan bahwa harga den citra  merek memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Diperkuat dengan hasil uji koefisien detereminasi, dimana harga dan citra merek meiliki pengaruh sebesar 60,6% terhadap keputusan pembelian. Didukung pula dengan hasil uji hipotesis yaitu uji t dan uji f.   Hasil uji t menyatakan bahwa harga dan citra merek secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, dengan nilai t lebih besar dari nilai thitung tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan hasil uji f menyatakan bahwa harga dan citra merek secara simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

3.1.3 Kasus III

1.  Kenaikan Harga Tiket di Indonesia

Industri penerbangan Indonesia kembali mendapat sorotan publik. Namun, bukan karena prestasi atau pelayanan yang baik, tapi peningkatan tarif secara signifikan.

Pada awal 2019 seluruh maskapai penerbangan dalam kategori low-cost carrier di Indonesia, tidak lagi menggratiskan bagasi untuk penumpang. Kemudian publik menyoroti maskapai yang tidak kunjung menurunkan harga tiket penerbangan dalam negeri. Padahal, peak season sudah berakhir.

Setelah mendapat tekanan dari publik, mulai keluhan di media sosial hingga petisi online, perusahaan penerbangan mulai buka suara soal kebijakan mereka yang menurunkan harga tiket. Beberapa perusahaan mengatakan, saat ini mereka sedang punya masalah keuangan.

Berikut rentetan kejadian mulai tidak gratisnya lagi bagasi untuk penumpang hingga tekanan publik yang membuat maskapai penerbangan mau menurunkan harga tiket:

a.  5 Januari 2019

Lion Group (Lion Air dan Wings Air) mengumumkan kebijakan baru. Bagasi untuk penumpang yang biasanya gratis hingga 20 kilogram, tidak lagi berlaku. Penumpang Lion Air yang ingin membawa bagasi kini harus membawa biaya tambahan.

Peraturan ini berlaku mulai 8 Januari 2019. Tidak dijelaskan sebab aturan ini diterapkan.

b.  10 Januari 2019

Aturan yang baru diberlakukan Lion Group juga diberlakukan Citilink. Maskapai berbiaya hemat anak perusahaan Garuda Indonesia ini meniadakan fasilitas gratis bagasi 10 kilogram yang sebelumnya diberikan kepada penumpang. Dengan kebijakan baru dari Citilink maka seluruh LCC di Indonesia tidak lagi memberikan bagasi gratis ke penumpang.

Meski ada tarif baru yang dibebankan ke penumpang, harga tiket pesawat tidak semakin murah. Pada awal 2019, harga tiket transportasi massal udara ini tidak kunjung turun, meski peak season libur akhir tahun telah usai.

c.  11 Januari 2019

Tingginya harga tiket pesawat mulai dikhawatirkan berdampak ke inflasi. Pada Desember 2018, kenaikan harga tiket pesawat menjadi penyebab utama inflasi.  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Desember 2018 sebesar 0,62 persen secara bulanan (mtm). Tarif angkutan udara menyumbang inflasi 0,10 persen karena adanya hari libur Natal dan Tahun Baru.

 

d.  12 Januari 2019

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mulai berbicara soal tiket pesawat yang masih mahal. Dia sempat menduga tingginya tarif akibat karena selama ini maskapai penerbangan menerapkan harga tiket murah karena adanya perang tarif.

e.  13 Januari 2019

Budi Karya Sumadi mengumpulkan para direktur utama maskapai penerbangan di rumah dinasnya, Jalan Widya Chandra IV Nomor 19, Jakarta Selatan Dia ingin meminta harga tiket pesawat diturunkan. Berdasarkan hasil rapat antara direksi maskapai, otoritas penerbangan, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, ditetapkan skema agar harga tiket bisa lebih murah. Keputusan untuk menekan biaya operasional maskapai tersebut antara lain pemberian potongan harga dari Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II selaku pengelola bandara. Selain itu, Airnav, sebagai penyelenggara layanan navigasi juga tidak akan menaikkan tarif terlebih dahulu.

3.2      Analisis Kasus

Berdasarkan 3 kasus diatas secara seluruhan menggambarkan bahwa

1.  Bauran pemasaran sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Bauran pemasaran yang paling dominan pada ke-3 kasus ini adalah harga.

2.  Pada kasus petama menyebuatkan bahwa adanya penerapan harga yang tidak sesuai diantara pelanggan yang sebelum dan sesudah penerbangan. Ada faktor lain juga yang muncul ketika masalah ini terjadi pada kasus pertama, yaitu daya tanggap dan empati yang kurang dari pihak maskapai.

3.  Pada kasus kedua menyebutkan bahwa pengaruh harga dan citra  merek baik secara parsial maupun simultan  terhadap keputusan pembelian tiket maskapai Citilink yang dilakukan oleh pelanggan. Dalam penelitan ini ada faktor lain yang timbul selain harga yaitu Mengelola Merk Jasa yang berhubungan dengan Mendiferensiasi Jasa

4.  Pada kasus ketiga menyimpulkan secara keseluruhan dari penelitian pertama dan kedua bahwa Merancang dan Mengelola Jasa tidak semudah yang dipikirkan, contoh yang terjadi di Indonesia pada maskapai penerbangan adanya perang tariff harga antara para maskapai. Dugaan Penyebab utama adanya kenaikan harga yang mempengaruhi konsumen adalah adanya kenakan dolar dan menurunnya pendapatan dari maskapai ber plat merah yaitu Garuda Indonesia.   

 

 

                                                        BAB IV

PENUTUP

4.1      Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:

1.  Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak beruwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik.

2.  Menurut Kotler 2005 produk dan jasa yang ditawarkan di pasar dapat dibedakan menjadi lima kategori tawaran, diataranya adalah sebagai berikut: Barang berwujud murni, Barang berwujud yang disertai jasa, Campuran, Jasa Utama Yang Disertai Barang dan Jasa Yang Sangat Kecil  dan Jasa Murni. 

3.  Menurut ahli ekonomi dunia, Philip Kotler, jasa memiliki 4 sifat atau karakteristik pokok yang unik. 4 karakteristik jasa yang membedakan dengan produk barang fisik tersebut adalah: Tidak berwujud (intangibility), Tidak dapat dipisahkan (inseparability), Keragaman (variability) dan idak tahan lama (perishability)

4.  Mc. Carthy dalam Tjiptono (2006:30) menjelaskan bahwa bauran pemasaran jasa terdiri dari empat variabel, yaitu product, price, promotion, dan place.

5.  Pendekatan pemasaran 4P (Price, Place, Product, Promotion) sering berhasil untuk barang, tatapi dalam bisnis jasa diperlukan beberapa elemen yang perlu diperhatikan.

6.  Perusahaan yang memberikan pelayanan yang bermutu tinggi tidak diragukan lagi akan mengungguli pesaing yang kurang berorientasi pada pelayanan. Perusahaan yang bermutu jasa tinggi mampu mengenakan harga lebih tinggi, tumbuh lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak keuntungan karena kekuatan mutu jasa mereka yang lebih unggul.

7.  Pada kasus ketiga menyimpulkan secara keseluruhan dari penelitian pertama dan kedua bahwa Merancang dan Mengelola Jasa tidak semudah yang dipikirkan, contoh yang terjadi di Indonesia pada maskapai penerbangan adanya perang tariff harga antara para maskapai. Dugaan Penyebab utama adanya kenaikan harga yang mempengaruhi konsumen adalah adanya kenaikan dolar dan menurunnya pendapatan dari maskapai ber plat merah yaitu Garuda Indonesia.  

4.2      Saran

Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah:

1.  Pemasaran pada perusahaan jasa sangat penting. Ketika suatu perusahaan tidak dapat memasarkan produk-produk jasa yang ditawarkanya kepada consume, perusahaan tersebut akan semakin melemah. Perusahaan jasa akan memasarkan produk jasanya tersebut guna memaparkan kualitas produk jasanya, menerima keluhan dari pelanggan,  untuk mendapatkan strategi kedepanya agar lebih baik lagi dalam memberikan kepuasan dan kenyamanan kepada pelanggan atau konsumen.

2.  Untuk ketiga kasus ini atas, disarankan kepada pengelola maskapaipenerbangan unutk lebih memperhatikan lagi bauran jasa, terutama pada elemen harga karena konsumen sangan sensitif. Karena perusahaan yang merancang dan mengelola jasa dengan baik maka dialah yang akan mengusai pasar.

 

Daftar Pustaka

Muhammad Ihwan N  Dkk. 2016.  Dokumen.Tips_Makalah-Merancang-Dan-Mengelola-Jasa-Kel4

 

Elmyra Zerlina Dkk. 2017 Makalah_Pemasaran_Merancang_Dan_Mengelola Jasa

 

Dewi Kumalasari.2010.Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan “Akar Cafe” Bogor

 

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller "Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2" Hal: 45-49, Cetakan II, 2008, PT Indexs- Tjiptono, Fandy "Manajemen Jasa" Hal 15-18, Edisi Pertama 1996, Penerbit Andi, Yogyakarta

 

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, 2012 “Marketing Management 14th E”. Prentice-Hall Inc : New Jersey.

 

Januarista Poppy Dkk, Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Keputusan Berkunjung  (Studi Pada Pengunjung Taman Rekreasi Sengkaling) Jurnal Administrasi Bisnis  (JAB)|Vol. 57  No. 2  April 2018

 

14 Januari 2019 8:14.Wibhttps://Kumparan.Com/@Kumparannews/Kronologi-Naiknya-Harga-Tiket-Pesawat-Hingga-Akhirnya-Diturunkan-1547413772263103019

 

BintariTrirahmatia2010.file:///D:/Materi%20Megister%20Manajemen%20Makassar/Manajemen%20pemasaran/Semester%20Genap/Bahan%20Makalah%20Jasa/binbin%20Area_%20Merancang%20dan%20Mengelola%20Jasa.html

 

Ray Lantang Pamomo dkk. 2017. Manajemen Pemasaran.Strategi Merancang dan Mengelola Jasa

 

file:///D:/Materi%20Megister%20Manajemen%20Makassar/Manajemen%20pemasaran/Semester%20Genap/Bahan%20Makalah%20Jasa/MANAJEMEN%20PEMASARAN_%20Strategi%20Merancang%20Dan%20Mengelola%20Jasa.html

 

 

Post a Comment for "Makalah Studi Kasus Merancang dan Mengelola Jasa"